Gimana sih cara ngirimin naskah ke penerbit sampe bisa diterbitin? Dan syarat-syaratnya apa aja?
Gampang kok. Yang pertama kamu tentu aja harus bikin naskah novel dulu hee..hee..hee... setelah itu diprint dan dijilid. Lalu kirim ke penerbit yang kamu mau. Biasanya setiap penerbit mencantumkan alamatnya di buku terbitannya. Jangan lupa tulis juga alamat lengkap dan nomer telpon kamu, jadi kalo misalnya naskah kamu diterima, bisa cepet dihubungi. Lalu tinggal tunggu kabar dari penerbit.
Berapa lama kita menunggu kabar naskah kita?
Rata-rata penerbit memberi jangka waktu 3 bulan untuk menyeleksi naskah. Bisa lebih cepat, bisa juga lebih lama, tergantung kesibukan mereka dan banyaknya naskah yang masuk. Jadi sabar aja yaaa...
Apa ada format tertentu dalam membuat naskah novel? Kira-kira berapa batas minimal dan maksimal naskah kita?
Sebetulnya nggak ada format baku dalam membuat sebuah novel. Umumnya penerbit emang mensyaratkan naskah diketik 1,5 spasi diatas kertas A4. Tapi itu juga nggak begitu kaku. Kalo nggak ada kertas A4, bisa pake ukuran lainnya (folio atau quarto, asal jangan pake A3 yaaaa... kegedean). Hurufnya juga nggak usah macam-macam. Cukup huruf standar aja (Times New Roman, 12 pts). Soal banyak halaman, yang penting jangan terlalu tebal (apalagi untuk penulis baru) tapi juga jangan terlalu tipis, hingga nggak bisa jadi buku. Mungkin sekitar 80 - 150 halaman dengan ketikan 1,5 spasi A4.
Lalu bagaimana dengan ilustrasi cover? Apa kita harus bikin sendiri?
Tentu aja nggak. Nggak semua orang punya bakat menggambar/melukis. Setelah buku kita dipastikan akan diterbitkan, biasanya pihak penerbit akan menunjuk salah seorang ilustrator mereka untuk membuat ilustrasi cover novel kita. Kita boleh aja ngasih masukan, atau ide, mo bagaimana cover itu nantinya. Beberapa penerbit seperti GPU akan menunjukkan draft cover yang udah mereka bikin pada penulisnya untuk mendapat persetujuan sebelum dicetak. Tapi kalau kita punya bakat gambar, bisa aja kita bikin cover sendiri. Hal itu bisa dirundingkan dengan pihak penerbit.
Saya ingin memakai nama samaran untuk buku saya. Apakah saat mengirim naskah ke penerbit saya harus tetap memakai nama asli saya, atau langsung pake nama samaran?
Saat mengirim naskah, tentu aja harus pake nama asli. Soal mo pake nama samaran / nama pena di buku kita kalo diterbitin, bisa dibicarakan nanti dengan pihak penerbit. Saat penandatanganan kontrak juga kita harus pake nama asli kita, agar suatu saat nggak timbul masalah. Dan lagi, pihak penerbit berhak tau data-data diri kita yang sebenarnya dong, walau mungkin hanya untuk arsip mereka dan nggak akan mempublikasikannya tanpa izin kita. Jadi nggak masalah kita mo pake nama samaran kayak apa, awal ngirim naskah harus menyertakan data-data asli kita, termasuk juga nama asli.
Boleh nggak kita kirim naskah dalam bentuk disket/CD atau email? Kan lebih praktis...
Walau ada beberapa penerbit yang memperbolehkan mengirim naskah dalam bentuk file, tapi umumnya penerbit (terutama penerbit besar) menginginkan naskah dikirim dalam bentuk print-out. Setelah naskah kita udah pasti diterima, baru mereka minta filenya. Dan sebaiknya memang yang pertama kali kita kirim print-outnya, dengan berbagai alasan. Pertama mungkin dari segi kepraktisan bagi penerbit. Naskah yang diprint lebih mudah dibaca dimana aja, nggak harus di depan komputer. Jarang ada orang yang mau berlama-lama di depan komputer hanya untuk membaca naskah, apalagi kalo naskah yang masuk banyak. Hal itu juga akan membuat naskah kita cepet dibaca dan diambil keputusan diterima/nggak. Yang kedua adalah demi keamanan. Walau biasanya penerbit menjamin kalo naskah yang masuk nggak bakal di plagiat/dibajak, baik oleh mereka atau pihak lain, tapi siapa yang bisa menjamin 100%? Walaupun hasil print-out juga bisa dibajak, tapi nggak segampang naskah dalam bentuk file yang bisa dicopy dan diedit dengan cepat.
Apa kita boleh mengirim satu tema cerita ke berbagai penerbit sekaligus?
Kalo menurutku sih boleh aja. Silahkan mengirim satu judul cerita ke berbagai penerbit sekaligus. Tapi kalo misalnya nanti cerita kita diterima oleh lebih dari satu penerbit, kita harus memilih hanya satu penerbit saja.
Tips membuat novel yang bagus?
Tips membuat novel yang bagus? Nggak ada. Kalo kamu pengin nulis, tulis aja. Jangan pikirin teori menulis, format tulisan, atau bagus atau nggak tulisan kamu. Pokoknya tulis aja apa yang ada di pikiran kamu. Setelah itu kan bisa dibaca dan diedit lagi. Dan setelah itu jangan ragu-ragu nunjukin tulisan kamu ke orang lain. Ke keluarga atau temen kamu. Buat apa nulis kalo cuman disimpen aja. Minta pendapat mereka, dan jadikan itu sebagai bahan revisi sebelum kamu kirim naskah kamu ke penerbit. Dan kalo naskah kamu ditolak, jangan putus asa. Kamu bisa revisi naskah kamu, liat apa kekurangannya (biasanya penerbit ngasih alasan kenapa naskah kamu ditolak), lalu kirim lagi ke penerbit lain atau ke penerbit yang sama juga boleh. Atau kamu bisa bikin cerita lain yang lebih baik. Pokoknya jangan cepat menyerah dan pede aja...
Luna Torashyngu
( tips dari luna torahsyngu )
Menulis itu gampang atau susah sih? Semua tergantung pola pikir. Kalau kamu beranggapan menulis itu mudah, maka ide akan berkeliaran di sekitarmu, menunggu untuk ditangkap. Malah kamu akan terus-menerus menulis, sulit berhenti! Akan tetapi kalau belum apa-apa kamu sudah melabeli menulis sebagai sebuah pekerjaan yang mahasulit, ya akan begitu juga jadinya.
Tiap orang punya cara masing-masing dalam menulis. Ada yang langsung dapat menemukan metode yang membuatnya bersemangat untuk berkarya, ada juga yang mentok dan baru menemukan pencerahan setelah membaca-baca tips atau buku mengenai kepenulisan. Semoga dengan membaca tips-tips di bawah ini, kamu jadi lebih semangat dalam menulis.
- Cari tahu mengapa kamu ingin menulis. Kalau perlu catat dan tempelkan di tempat yang kamu lihat setiap hari. Saat kecewa karena naskahmu ditolak penerbit atau mendapatkan komentar menyebalkan, ingat-ingat alasanmu menulis supaya tetap termotivasi.
- Perbanyak membaca dan latihan menulis. Practice does make perfect!
- Bikin target yang realistis agar kamu tetap semangat. (Satu halaman sehari, misalnya.)
- Disiplin! Kalau niatmu menulis untuk jadi profesional (atau minimal semi-pro lah), mana bisa hanya dengan mengandalkan mood. Kalau memungkinkan, buat jadwal khusus dalam sehari untuk menulis.
- Ciptakan suasana menulis yang mendukung. Bisa dengan menyetel lagu-lagu kesayanganmu, menyiapkan camilan serta minuman favoritmu sebagai penyemangat beraktivitas. Bisa juga dengan membereskan tempat khususmu menulis. Idealnya kita punya ruangan tersendiri untuk berkreasi dalam dunia tulis-menulis, tapi kalaupun tidak kita toh masih bisa menghiasi meja menulis kita dengan pernak-pernik unik serta menarik.
- Bawa buku catatan kecil ke mana pun kamu pergi. Begitu sebuah ide muncul, segera catat.
- Cara terbaik menghadapi writer’s block adalah dengan memercayai writer’s block itu hanya mitos. Kebingungan mereka plot? Kan bisa disiasati dari awal dengan membuat kerangka.
- Bedakan writer’s block dengan kejenuhan dalam menulis. Kadang seorang penulis harus “mengendapkan” naskahnya sebentar dan bersosialisasi atau bermeditasi, apa pun yang bisa membuatmu kembali segar.
- Cari tahu kelebihanmu apa. Bidang apa yang paling kamu kuasai? Misalnya kamu kuliah di bidang kedokteran. Akan lebih alami bagimu menulis kisah mengenai seorang dokter dan bukannya seorang pengacara.
- Hindari menulis mengenai diri sendiri. That’s what diaries are for! Boleh-boleh saja menulis berdasarkan pengalamanmu, tapi ingat kata-kata Tom Clancy: The difference between fiction and reality? Fiction has to make sense.
- Ikuti berbagai kegiatan dan perbanyak temanmu. Dengan memperluas pergaulan, kamu bisa mendapatkan inspirasi dari mereka. Pengetahuanmu juga akan bertambah. Lumayan tuh, untuk background information bagi karyamu.
- Cari sahabat sesama penulis, agar bisa saling memberi dukungan dan masukan. Jauhkan pikiran untuk berkompetisi atau apa pun lah. Iri karena sahabatmu sudah menghasilkan tulisan dan kamu belum? Tenang saja. Kalau kamu tekadnya kuat dan tetap disiplin, someday, your time will come.
- Kalau ingin menjadi penulis profesional, pikirkan untuk berinvestasi membeli KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia juga kamus tesaurus. Selain menambah kosa katamu, kamu juga bisa mengecek ejaan kata yang membuatmu bingung. Seorang penulis yang baik seharusnya mempermudah kerja editor dengan cara memoles naskahnya secantik dan sesempurna mungkin. Menulis dengan ejaan yang tepat dan tata cara yang benar akan membuat naskahmu jadi lebih rapi dan enak dibaca.
- Saat ingin menerbitkan buku, pelajari dulu karakteristik sebuah penerbit sebelum mengirimkan naskahmu ke sana. Caranya bagaimana? Baca beberapa buku penerbit tersebut. Kalau “nadanya” mirip-mirip dengan karyamu, berarti ada kemungkinan naskahmu akan diterbitkan mereka.
- Tulisanmu ditolak? Biasa. Bahkan penulis sekaliber Stephen King pun sering ditolak di masa mudanya. Tetap berusaha. Ada banyak koran/majalah/tabloid/penerbit di luar sana.
- Kalau capek menerima penolakan, kamu bisa mempertimbangkan untuk menerbitkan sendiri karyamu.
Tetap semangat dalam menulis!
Primadonna Angela
Primadonna Angela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar